Selasa, 21 April 2009

Contoh Artikel Metode Penelitian Model Sampel

Kelompok 12

Mufidatin (070403010021)

Sutrisno (070403010006)

Doris Indra Giri W. (070403010028)

Pengambilan contoh (sampling) adalah suatu proses pemilihan satu bagian (contoh) yang representative dari suatu populasi. Metode ini berperan agar Penemuan hasil penelitian tersebut bisa digeneralisasikan terhadap populasi bila sampelnya dipilih dengan cara yang tepat, sehingga penelitian tersebut dapat dievaluasi secara obyektif.

Secara umum, metode pengambilan contoh yang diinginkan harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.

2. Prosedur sederhana sehingga mudah dilaksanakan.

3. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya tertentu.

4. Merupakan penghematan dalam waktu, tenaga dan biaya.

Contoh Artikel Metode Penelitian Model Sampel


PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN MELATONIN TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH WISTAR YANG DIBERI DIET KUNING TELUR

PENDAHULUAN

Pola hidup manusia sekarang sangat dinamis, tuntutan untuk bersaing menyebabkan masyarakat terjebak dalam pola hidup yang serba instant dan tidak sehat. Perpaduan antara tingkat stress yang tinggi, kebiasaan merokok serta kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi dapat menyebabkan timbulnya gangguan metabolisme lemak sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Kadar kolesterol serum berkaitan dengan insiden atherosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dan penyebab yang paling prediktif adalah rasio LDL:Kolesterol HDL yang tinggi.

Atherosklerosis sebenarnya bersifat reversibel, dapat menipis kembali apabila kadar kolesterol dalam darah berhasil dikontrol dengan baik, terutama menurunkan kadar LDL plasma dan meningkatkan HDL plasma.2-4 Melatonin merupakan antioksidan paling ampuh yang pernah ditemukan, dan mampu mencegah terjadinya kerusakan kimiawi karena oksidasi. Efek melatonin dalam menghambat oksidasi sel, membantu mencegah perubahan dalam pembuluh darah yang mengarah kepada hipertensi dan serangan jantung, serta menurunkan kemungkinan timbulnya jenis kanker tertentu. Peneliti sebelumnya menjelaskan bahwa pemberian melatonin pada tikus yang mengalami hiperkolesterolemia genetik, menghasilkan penurunan kadar kolestrol plasma dan perbaikan pada perlemakan hati. Hiperkolesterolemia disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang, akan tetapi telah terbukti bahwa efek melatonin bukanlah anti glukokortikoid. Mekanisme penurunan kadar kolesterol plasma belum diketahui.6 Peneliti yang lain juga mengungkapkan pemberian melatonin tidak memiliki efek signifikan terhadap kadar plasma lipid pada tikus yang diberi diet normal, tetapi menjadi jelas efeknya pada diet tinggi kolesterol. Namun, tidak ada efek dari melatonin terhadap aktivitas enzim lipase. Melatonin juga menghilangkan infiltrasi lemak pada hati binatang dengan diet tinggi kolesterol dan protein. Melatonin juga berkurang dengan peningkatan HDL. Berdasarkan hal tersebut diperkirakan efek dari melatonin adalah kuantitatif dan bukan kualitatif.7
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian suplemen melatonin 0,0054mg/200grBB setiap hari selama 2 minggu dapat mempengaruhi profil lipid (penurunan kadar kolesterol total, penurunan kadar LDL atau peningkatan kadar HDL) dalam darah sesudah diberikan diet kuning telur.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pertimbangan untuk digunakan pada penderita hiperkolesterolemia atau orang dengan kadar kolesterol tinggi dan menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya pengembangan kemampuan terhadap penghambatan atherosklerosis pada manusia.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi FK Undip Semarang, mulai bulan Maret 2005 sampai Mei 2005. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Parallel Group Post Test Only Design. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kelompok kontrol yang dialokasikan dengan metode randomisasi sederhana menggunakan tabel angka random yang dibuat oleh komputer. Populasi penelitian ini adalah tikus wistar jantan umur 20 minggu. Penentuan besar sampel menurut rumus Federer, yaitu (t-1)(n-1)>15, dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel perkelompok perlakuan. Sampel yang digunakan adalah 8 ekor tikus Wistar per kelompok, yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu; 1) berat badan 180-200 gram pada umur 20 minggu, 2) kondisi sehat, dan kriteria eksklusi, yaitu; 1) tikus mengalami sakit, 2) bobot tikus menurun (kurang dari 180 gr), 3) tikus mati dalam masa penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan tanpa memperhitungkan jumlah hormon melatonin awal tikus karena dengan adanya kriteria inklusi dan eksklusi serta dilakukannya rendomisasi maka jumlah hormon melatonin setiap tikus antar kelompok dianggap sama (kadar melatonin awal tidak menjadi baseline). Variabel penelitian adalah kadar lipid darah yang meliputi kadar kolesterol total, HDL dan LDL dan variabel perantara dalam penelitian ini adalah injeksi Adrenalin i.v. dan diet kuning telur intermitten. Tikus pada kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan standar dan diinduksi atherosklerosis dengan cara injeksi Adrenalin sebesar 0,006mg/200gramBB pada hari pertama dan diet kuning telur intermiten melalui sonde lambung selama 28 hari mulai dari hari ke-2 sampai hari ke-29. Kelompok perlakuan (P) selain diberi pakan standar dan diberi diet kuning telur selama 28 hari mulai dari hari ke-2 sampai hari ke-29, juga diberikan suplemen hormon melatonin sebesar 0,0054mg/200gramBB setiap hari melalui sonde lambung selama 14 hari mulai dari hari ke-16 sampai hari ke-29. Pada hari ke-30 semua tikus dibunuh dengan cara dislokasi tulang leher, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar fraksi lipid (kolesterol total, Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL) dalam darah. Darah diambil dari jantung, kemudian di-sentrifuge dan diperiksa dengan metode CHOD-PAP yang intensitasnya dapat diukur dengan fotometri. Pemeriksaan kadar fraksi lipid darah dilakukan di laboratorium CITO Semarang. Perbedaan kadar fraksi lipid antara kedua kelompok diuji dengan uji t-tidak berpasangan, apabila data berdistribusi tidak normal dilakukan uji statistik non parametrik Mann-Whitney. Taraf signifikasi diterima bila nilai p<0,05.>for Windows.

HASIL

Kolesterol Total

Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diketahui bahwa sebaran data normal (p=0,07) maka digunakan uji statistik parametrik yaitu uji t. Kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 39,4±7,7 dan kelompok perlakuan adalah 28,8±4,6 (p=0,006) maka didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan karena p<0,05.>

Kolesterol HDL

Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diketahui bahwa sebaran data normal (p=0,127) maka digunakan uji statistik parametrik yaitu uji t. Kadar kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 16,4±1,4 dan kelompok perlakuan adalah 17,0±2,2 (p=0,51), maka didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan karena tidak memenuhi syarat p<0,05.
Pengaruh pemberian suplemen hormon melatonin terhadap kadar kolesterol HDL dalam darah dapat dilihat dari Gambar 2.

Kolesterol LDL

Oleh karena diketahui melalui uji Shapiro-Wilk bahwa sebaran data tidak normal (p=0,001), maka dilakukan uji statistik non parametrik Mann-Whitney. Kadar kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 11,6±3,7 dan kelompok perlakuan adalah 7,1±4,2 (p=0,013), maka didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, karena p<0,05.>

PEMBAHASAN

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pemberian suplemen melatonin dengan dosis 0,0054mg per 200gramBB selama 14 hari pada tikus yang diberi diet kuning telur dan injeksi adrenalin i.v, didapatkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus yang tidak diberi suplemen melatonin. Sedangkan perbedaan tinggi kadar kolesterol HDL tidak bermakna. Hal ini dapat berarti bahwa melatonin belum memberikan khasiat yang berarti terhadap kadar kolesterol HDL darah dalam waktu 14 hari, atau melatonin tidak memiliki khasiat yang berarti terhadap kadar kolesterol HDL darah. Mekanisme dari penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL belum diketahui.

Kadar kolesterol total dan LDL akan meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya kemampuan atau aktivitas reseptor LDL. Keadaan ini akan membuat LDL dalam darah meningkat sehingga resiko terjadinya atherosklerosis juga akan meningkat.

Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa peningkatan kadar kolesterol total serum merupakan salah satu indikator adanya kerusakan jaringan tubuh akibat radikal bebas. Tubuh kita mempertahankan level optimum dari kadar kolesterol total seperti keseimbangan yang kuat antara subkomponennya. Mekanisme feedback negatif akan terjadi ketika rata-rata sintesis endogen tubuh turun dimana kebutuhan meningkat, oleh sebab itu kadar kolesterol total yang bersirkulasi dipertahankan konstan. Semakin tinggi level radikal bebas, semakin tinggi kadar kolesterol total.

Kolesterol yang teroksidasi adalah sebuah pembangkit radikal bebas, dan terikat pada kolesterol LDL dari hati menuju ke sel. Sebagai hasilnya, semakin tinggi kadar kolesterol LDL, semakin tinggi resiko dari penyakit kardiovaskuler.9
Radikal bebas adalah zat kimia dengan elektron yang tidak berpasangan. Jika sebuah elektron ditambahkan O2 maka radikal superoksida anion O2- terbentuk. O2- dikurangi dengan superoksida dismutase menjadi H2O2 dimana pada konsentrasi tinggi sangatlah beracun dan dapat direduksi menjadi OH. Radikal hidroksil (OH) merusak sel-sel. Melatonin sangat efisien untuk menetralisir OH.

Melatonin merupakan sebuah hormon induk yang merangsang keluarnya berbagai hormon lain. Hormon-hormon ini mengatur banyak proses metabolisme tubuh, dari pencernaan sampai menstruasi, dan di seluruh tubuh, melatonin bertindak langsung atas sel-sel sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

Melatonin diketahui paling efektif sebagai pemakan racun radikal bebas yang memicu kerusakan DNA. Melatonin diambil secara cepat oleh otak. Melatonin in vitro lebih efektif daripada glutathione dalam membuang radikal bebas. Melatonin juga menstimulasi enzim antioksidan utama dalam otak yaitu glutathione peroksidase. Melatonin in vivo merupakan antioksidan yang sangat poten.

Melatonin memiliki peranan penting dalam proses penuaan akan tetapi jumlah melatonin yang diproduksi tubuh semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan kelenjar pineal, seperti bagian lain dari otak, sel-selnya tidak dapat beregenerasi. Selain itu endapan kalsium menumpuk dari waktu ke waktu. Para peneliti berspekulasi bahwa akumulasi endapan kalsium dalam kelenjar pineal lambat laun menghilangkan fungsi kelenjar pineal tersebut. Pada usia tua degenerasi ini menyebabkan kelenjar pineal pada akhirnya tidak memproduksi melatonin.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kadar kolesterol total dan kolesterol LDL kelompok perlakuan yang mendapat suplemen melatonin dengan dosis 0,0054mg per 200gramBB selama 14 hari lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok kontrol, serta tidak dijumpai perbedaan bermakna pada kadar Kolesterol HDL antara kelompok kontrol dan perlakuan. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa suplemen melatonin berpengaruh/berperan dalam menurunkan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL darah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada laboratorium CITO Semarang, atas bantuannya dalam pemeriksaan fraksi lipid plasma darah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. Biokimia harper. 24th Ed. Jakarta: EGC; 1999

2. Smith LH, Boutaud O, Breyer M, Morrow JD, Oates JA, Vaughan DE. Cycclooxygenase-2-dependent prostacyclin formation is regulated by low density lipoprotein cholesterol in vitro. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2002; 22: 983

3. Baraas F. Mencegah serangan jantung dengan menekan kolesterol. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 1993

4. Prasetyo A, Udadi S, Ika PM. Profil lipid dan ketebalan dinding aorta abdominalis tikus wistar pada injeksi inisial adrenalin bitatras intravena dan diet kuning telur intermitten. Media Medika Indosiana 2000; 35(3):149-57

5. Reiter RJ, Juan R, Calvo, Karbownik M, Qi W, Tan DX. Melatonin and its relation to the immune system and inflamation. Annals of the New York Academy of sciences 2000; 917: 376-389

6. Aoyama H, Mori N, Mori W. Effects of melatonin on genetic hypercholesterolemia in rats. Atherosclerosis 1988. 69(2-3): 269-72

7. Mori N, Aoyama H, Murase T, Mori W. Anti-hypercholesterolemic effect of melatonin in rats. Acta Pathol Jpn 1989;39(10):613-86

8. Suharto I. Serangan jantung dan stroke hubungannya dengan lemak dan kolesterol. 2nd ed. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004

9. Fat and cholesterol [online]. 2005 [cited on 2005 Jan 7]. Available from: URL : http://www.drlam.com /A3R_brief_in_doc_format/2002-No3-FatandCholesterol.cfm#Cholesteroland Free Radical Activity

10. Goldman Arlene. Melatonin: A Review [online]. 2005 [cited on 2005 Feb 1]. Available from: URL: http://www.bhj.org/journal/1996/3801jan/ reviews127.htm

11. Bock SJ, Boyette M. Awet muda bersama melatonin. Solo : Debra publishers, 1995

12. Melatonin main FAQ [online]. 2004 [cited on 2004 Dec 27]. Available from: URL: http://www.priory.com/mel.htm

Sumber Artikel : http://www.m3undip.org/ed2/artikel_10_full_text_01.htm


Tipe data :

Skunder

karena dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan grafik sebagai acuannya.


Variabel Independen

LDL, HDL, Suplemen Melatonin

Alasannya karena LDL, HDL, dan Suplemen melatonin berpengaruh atau berperan dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus

Variabel Dependen

Tikus Wistar jantan yang berumur 20 minggu

Alasannya karena dalam penelitian, tikus terpengaruh oleh obat-obatan dalam penelitian seperti suplemen melatonin.


1 komentar:

  1. SARAN
    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis dan lama observasi yang bervariasi untuk mengetahui efek hipolipidemik suplemen hormon melatonin pada tikus Wistar.

    BalasHapus