Selasa, 21 April 2009

.: Metode Deskriptif - STUDI KASUS :.

============================================================
KELOMPOK 2 :


1. M. Nafi' Zarkasyi ( 076403020047 )

2. Arif A. ( 070403020016 )

3. Ireng Surya
A. ( 070403020036 )

4. Dicky Januarizky (070403020021)

==================================================================

STUDI KASUS SISWA SMA SALATIGA
YANG MENGALAMI PEMIKIRAN IRRASIONAL
MELALUI TEKHNIK KONSELING


Studi kasus didefinisikan sebagai usaha penyelesaian masalah siswa dengan cara melakukan pengumpulan dan pelaporan seluruh bukti konkrit tentang keadaan siswa seperti keadaan sosial, psikologis, lingkungan dan vocasional dari siswa yang dihubungankan dengan data-data lain yang mendukung (Shertzer & Stone, 1981). Selanjutnya Winkel (1991) menyatakan bahwa studi kasus merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara lengkap dan mendalam dengan tujuan untuk memahami individualitas siswa dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.

Deskripsi kasus
Lia (samaran) adalah siswa kelas I SMU favorit Salatiga yang berusaha untuk naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman kurang lebih 17 km di luar kota Salatiga. Sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutnya ke SMU di Salatiga. Orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak susah-susah melanjutkan sekolah ke kota, tetapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat hati merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu pihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain pihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar berasal dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolir dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinyaq, tidak kerasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan teman sekampung, terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. “Dasar saya anak desa, anak miskin” (dibanding dengan teman-teman di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya semakin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

Memahami Lia dalam perspektif RET
Menurut pandangan RET (rasional emotif Terapi), manusia memiliki kemampuan inheren untukberbuat rasional ataupun tidak rasional. Manusia seringkali menyalahkan diri sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar yang didapat. Selain itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya menjadi tidak wajar dan dan menyalahkan dirinya sendiri. Berpikir dan merasa itu mempunyai dibedakan dengan selaput yang sangat tipis: pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya. Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam suatu tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional. Ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman akan memperhatikan/mendukung, peduli dan lain-lain. Itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu terhadap prestasi/keberhasilannya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

Tujuan dan Teknik Konseling
Tujuan konseling dalam kasus Lia ini adalah memerangi pemikiran irasional yang dimiliki Lia yang melatarbelakangi ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini, konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi.
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasionalnya tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar: memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: “Seseorang berharga bukan karena kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Tuhan dan perwujudan-Nya. Tuhan mengasihi saya, karena saya berharga di hadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membenci saya. Adalah tidak mungkinmenuntut semua/setiap orang setiap saat untuk baik pada saya”. Ide-ide ini terus dilatihkan dan diajarkan melalui cara-cara ilmiah.
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavior digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tidak logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Studi kasus didefinisikan sebagai usaha penyelesaian masalah siswa dengan cara melakukan pengumpulan dan pelaporan seluruh bukti konkrit tentang keadaan siswa seperti keadaan sosial, psikologis, lingkungan dan vocasional dari siswa yang dihubungnkan dengan data-data lain yang mendukung.

    Tujuan dalam kasus ini adalah memerangi pemikiran irasional yang dimiliki Lia yang
    melatarbelakangi ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah.

    Konselor Menyelesaikan masalah Dengan cara melakukan pengumpulan dan pelaporan seluruh bukti konkrit (mengumpulkan Data) tentang keadaan siswa seperti keadaan sosial, psikologis.

    Konselor melakukan pendekatan dengan memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat\secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar
    untuk PR serta bibiliografi terapi.

    tekhnik penyelesaian
    konseling kognitif:
    membongkar pola pikir irasionalnya tentang konsep harga diri yang salah,memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasional, sugesti,
    asertif training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri.

    Konseling emotif-evolatif:
    menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas.

    Konseling behavior:
    mengubah perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tidak logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. STUDI KASUS SISWA SMA SALATIGA
    YANG MENGALAMI PEMIKIRAN IRASIONAL MELALUI TEKNIK KONSELING

    Nama:....................................
    Kelas:....................................
    Alamat:....................................
    Petunjuk Pengisian
    1.Bacalah baik-baik setiap item dan seluruh alternatif jawabannya.
    2.Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda, dan berilah tanda cek (V) pada tempat yang disediakan disebelah kirinya.
    3.Kami mohon semua item pertanyaan dapat diisi, tak ada yang terlewatkan kecuali ada petunjuk untuk melewatinya.

    1.Apakah Siswa kelas X SMA Salatiga ada yang mengalami pemikiran irrasional ?
    a. YA b. Tidak
    2. Apakah Latar Belakang Sosial berpengaruh terhadap Pemikiran Siswa kelas X SMA Slatiga ?
    a. YA b. Tidak
    3.Apakah Latar Belakang Keluarga berpengaruh terhadap Pemikiran Siswa kelas X SMA Slatiga ?
    a. YA b. Tidak
    4.Apakah Latar Belakang Sekolah berpengaruh terhadap Pemikiran Siswa kelas X SMA Slatiga ?
    a. YA b. Tidak

    5.Apakah pemikiran irrasional berpengaruh pada prestasi Siswa kelas X SMA Salatiga ?
    a. YA b. Tidak
    6.Apakah Menyalahkan diri sendiri termasuk pemikiran irrasional ?
    a. YA b. Tidak
    7.Apakah Konsep diri yang salah menyebabkan Siswa kelas X SMA Salatiga mengalamai pemikiran irrasional?
    a. YA b. Tidak
    8.Apakah teknik konseling kognetif dapat menyelesaikan Siswa kelas X SMA Salatiga yang mengalami pemikiran irrasional ?
    a. YA b. Tidak
    9.Apakah teknik konseling emotif-evolatif dapat menyelesaikan Siswa kelas X SMA Salatiga yang mengalami pemikiran irrasional ?
    a. YA b. Tidak
    10.Apakah teknik konseling behavior dapat menyelesaikan Siswa kelas X SMA Salatiga yang mengalami pemikiran irrasional ?
    a. YA b. Tidak

    BalasHapus
  6. STUDI KASUS SISWA SMA SALATIGA
    YANG MENGALAMI PEMIKIRAN IRASIONAL MELALUI TEKNIK KONSELING

    VARIABEL :
    1. Siswa SMA salatiga
    2. Pemikiran irasional
    3. Teknik konseling

    Sub Variabel :
    Siswa sma salatiga
    1. siswa kelas X sma salatiga
    2. Jenis kelamin
    3. pretasi
    4. lingkungan sosial
    5. lingkungan keluarga
    6. lingkungan sekolah

    Pemikiran irasional
    1. Menyalahkan diri sendiri
    2. konsep diri yang salah

    Teknik konseling
    1. tekhnik Konseling kognitif
    2. Konseling emotif-evolatif
    3. Konseling behavior



    Indicator
    lingkungan social
    1. Desa

    lingkungan keluarga
    1. Ekonomi
    2. Pekerjaan

    lingkungan sekolah
    Teman sekelas

    tekhnik Konseling kognitif
    Nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri.

    Tekhnik Konseling emotif-evolatif
    Teknik penyadaran antara yang benar dan salah

    Tekhnik behavior
    Perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tidak logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.

    sub indicator
    1. Ekonomi = tidak kaya
    2. Pekerjaan = petani

    BalasHapus
  7. Judul :
    " STUDI KASUS SISWA SMA SALATIGA
    YANG MENGALAMI PEMIKIRAN IRASIONAL MELALUI TEKNIK KONSELING"


    Type data :

    * Internal => konselor memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan melakukan konfrontasi langsung.


    Type Variabel :

    * Variabel Independen
    LIa terpengaruh dari lingkungan sekitar yang berasal dari keluarga orang kaya dengan pergaulan yang begitu berbeda dengan latar belakangnya.

    * Variabel Dependent
    pemikiran Lia menjadi irasional sehingga dia minder dan beban pikiran dan perasaannya makin
    berat, sampai-sampai dia ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

    BalasHapus